makalah teori belajar
MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“TEORI
BELAJAR”
DISUSUN
OLEH:
MUHAMMAD
NAILUL ABROR (150210103062)
RIZKA
MAULIDIYA CAHYANI (150210103067)
PURWOYUDO
HADI NOVYANTO (150210103079)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
Kata Pengantar
Puji syukur
penulis ungkapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
hingga tersusunlah makalah ini dengan judul “Teori
Belajar”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Penulis
menyadari bahwa dengan segala keterbatasan dan kelemahan penulis, makalah ini
masih banyak kekurangan. Namun, dengan bimbingan dosen dan kerja sama antar
penulis maka hambatan dan kesulitan dapat penulis lewati. Oleh karena itu,
penulis sangat berterima kasih kepada Ibu Siti Murdiyah, S.Pd, M.Pd selaku
dosen pengajar pada mata kuliah belajar dan pembelajaran dan juga kepada teman
– teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhir kata,
berkat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak yang telah membantu,
baik yang telah penulis sebutkan maupun yang tidak sempat penulis sebutkan,
penulis ucapkan limpah terima kasih. Penulis tidak dapat memberikan sesuatu
yang lebih berarti selain doa tulus semoga Tuhan memberikan rahmat yang
berkelimpahan atas segala jasa.
Minggu, 3 April 2016
Penulis
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Teori konstruktivisme...........................................................................3
2.2 Teori kognitivisme................................................................................5
2.3 Teori
behaviorisme...............................................................................9
BAB III
PENUTUPAN........................................................................................13
3.1
Kesimpulan..........................................................................................13
3.2
Saran....................................................................................................13
Daftar
pustaka.......................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia
memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah
suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat
diamati, diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang
dikembangkan melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi
verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Pendidik
dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal
ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena
desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan
suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan
kondisi untuk belajar.
Dalam
kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar
manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum
mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan.
Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus
menguasai prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas
belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih
baik di masa yang akan datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari
proses belajar dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku
yang tidak tampak (inner behavior).Perilaku yang tampak misalnya menulis,
memukul, menendang sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya berfikir,
bernalar dan berkhayal.Untuk itu, agar aktivitas belajar dapat mencapai hasil
belajar yang optimal, maka stimulus atau proses belajar untuk peserta didik
harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik sehingga peserta didik
mudah memahami dan merespon positif materi yang diberikan. Meskipun pengajar
sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta didik dalam
mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh karena itu pengajar harus
mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami apa yang
sudah diberikan oleh pengajar.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa permasalahan yang
menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :
A. Apa pengertian dari teori konstruktivisme,
kognitivisme, dan behaviorisme?
B. Apa saja ciri - ciri teori konstruktivisme,
kognitivisme, dan behaviorisme?
C. Siapa
saja tokoh – tokoh yang menganut teori – teori tersebut?
D. Bagaimana
penerapan teori – teori tersebut dalam pembelajaran?
1.3. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah tentang teori belajar dan pembelajaran ini adalah
sebagai berikut :
A. Mengetahui pengertian dari
teori konstruktivisme, kognitivisme, dan behaviorisme.
B. Mengetahui ciri – ciri dari
teori konstruktivisme, kognitivisme, dan behaviorisme.
C. Mengetahui siapa saja tokoh
– tokoh yang ada dalam teori – teori tersebut.
D. Mengetahui penerapan teori –
teori tersebut dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
konstruktivisme
A. Pengertian
Teori konstruktivisme didfinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari. Teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer
dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Teori
konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan
pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting,
tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi
belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang.
Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi”
atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan
pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
B.
Ciri – ciri
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme
adalah:
1.
Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru
melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2.
Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3.
Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil
kira sikap dan pembawaan murid.
4.
Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar
sesuatu ide.
5.
Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi
murid.
6.
Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid
& guru.
7.
Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama
penting dengan hasil pembelajaran.
8.
Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan
eksperimen.
C.
Tokoh – tokoh yang menganut
1.
Dewey
Pembelajaran
berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey.
Dalam demokrasi dan pendidikan Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah
seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey
menganjurkan pembelajar untuk mendorong pebelajar terlibat dalam proyek atau
tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah
intelektual dan sosial. Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran disekolah
seharusnya lebih memiliki manfaat dari pada abstrak dan pembelajaran yang
memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh pebelajar dalam kelompok-kelompok
kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri.
2. Piaget
dan Vygotsky
Seperti
halnya Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi
pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang dan ketika
mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini.
Untuk memperoleh pemahaman individu mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki. Piaget memandang bahwa tahap-tahap
perkembangan intelektual individu dilalui tanpa memandang latar konteks sosial
dan budaya individu. Sementara itu, Vygotsky memberi tempat lebih pada aspek
sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain
mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
pembelajar. Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam pendidikan adalah bahwa
pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan pembelajar dan teman
sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari pembelajar atau teman sejawat yang
lebih mampu, pebelajar bergerak ke dalam zona perkembangan terdekat mereka
dimana pembelajaran baru terjadi.
3. Bruner
Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih
baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar
pebelajar hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperopleh
pengetahuan. Perlunya pembelajar penemuan didasarkan pada keyakinan bahwa
pembelajaran sebenarnya melalui penemuan pribadi.
2.2 Teori
kognitivisme
A. Pengertian
Teori
belajar kognitif lebih menekankan pada belajar yang merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan
nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B.
Ciri – ciri
1.
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2.
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3.
Mementingkan peranan kognitif
4.
Mementingkan kondisi waktu sekarang
5.
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar
kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan
atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang,
yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang
menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah
kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjunginya selama berada di
lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di
tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya
tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
C.
Tokoh – tokoh yang menganut
1.
Jean Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas
gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya,
Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas
mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada.
Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan
kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif. Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
a)
Tahap sensory –
motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap
ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
b)
Tahap pre –
operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau
bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan
yang agak abstrak.
c)
Tahap concrete –
operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap
ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif..
d)
Tahap formal – operational, yakni
perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok
tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis
dengan menggunakan pola pikir "kemungkinan".
2.
Bruner
Burner melihat perkembangan kognitif
manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang
biasanya digunakan. Menurut Bruner untuk
mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan
tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan
padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal
dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang
sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi
disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang
terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan
melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
3.
Ausebel
Ausebel memandang bahwa Proses belajar terjadi jika siswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru yang
dimana Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
a). Memperhatikan stimulus yang diberikan
b). Memahami makna
stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced
organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual
untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
D.
Pandangan Teori
Kognitivisme terhadap Pembelajaran.
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan
dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang
berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai.
Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang
pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitiv lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.Dari beberapa teori belajar kognitif
diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis
bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan
dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas
memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi
lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan. Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi
pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa
justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat
penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi
kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh
karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas
membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh
siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna. Dari poin diatas
dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif
diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta
dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk
menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem
pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter
masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun
karakteristik peserta didiknya.
2.3 Teori behaviorisme
A. Pengertian
Menurut
teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Misalnya, seorang guru mengajari siswanya membaca, dalam proses pembelajaran guru dan siswa
benar-benar dalam situasi belajar yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil
yang dicapai belum maksimal. Namun, jika terjadi perubahan terhadap siswa yang
awalnya tidak bisa membaca menjadi membaca tetapi masih terbata-bata, maka
perubahan inilah yang dimaksud dengan belajar
B. Ciri
– ciri
1. Bersifat
mekanistik
2. Menekankan
peranan lingkungan
3. Mementingkan
pembentukan reaksi atau respon
4. Menekankan
pentingnya latihan
5. Mementingkan
mekanisme hasil belajar
6. Mementingkan
peranan kemampuan
7. Hasil
belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Ciri dari teori belajar
behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini
berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan
tingkahl laku adalah hasil belajar.
C. Tokoh
– tokoh yang menganut
1. Ivan Petrovich Pavlov
Berdasarkan hasil eksperimen itu
Pavlov menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya terhadap anjing, tetapi juga
dapat diterapkan pada manusia untuk belajar. Impilkasi hasil eksperimen
tersebut pada belajar manusia adalah:
a) Belajar
adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara selektif.
b) Proses
belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
c) Prinsip
belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-respon.
d) Menyangkal
adanya kemampuan bawaan.
e) Adanya
clasical conditioning.
2. Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike yang telah
melakukan eksperimen yang diamati dari perilaku kucing, yaitu belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan dan tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka
menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat
brwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau yang tidak kongkrit yaitu yang
tidak dapat diamati.
3.
Burrhus Frederic Skinner
Skinner tidak sependapat pada
asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa hukuman memegang peranan penting dalam
proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut skinner :
a) Pengaruh
hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
b) Dampak
psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c) Hukuman
mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.
d) Hukuman
dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan
pertama yang diperbuatnya.
A. Penerapan
dalam pembelajaran.
Aliran psikologi belajar yang
sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga
kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Istilah-istilah seperti hubungan stimulus
respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak,
pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,
reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting
dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat yang paling
dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara
drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering
dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge)ke orang yang belajar atau
siswa. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesinpulan
Teori konstruktivisme didfinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari. Teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Teori konstruktivisme juga mempunyai
pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Teori
belajar kognitif lebih menekankan pada belajar yang merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Belajar kognitif ciri khasnya terletak
dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang
mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya
selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya
sendiri. Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.
3.2
Saran
Setelah belajar
mengenai teori pembalajaran ini, mahasiswa diharapkan lebih mengerti apa itu
pengertian dari teori behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Selain
itu, mahasiswa juga diharapkan dapat menerapkannya dalam belajar.
Daftar pustaka
Effendi E.U., dan Praja. 1989. Pengantar
Psikologi. Bandung : Angkasa
Rifa’i, Achmad dan Catharina T.A. 2010. Psikologi
Pendidikan. Semarang : Puspeng
MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.